Overlord - Vol 1 - Chapter 1 Part 3

| 14.20

The End and the beginning (Akhir dan awal)

Bertempat di perbatasan antara Baharuth Empire dan Re-Estize Kingdom, sebelah selatan dari pegunungan Azellerisia, terdapat hutan yang luas yang bernama "The Great Forest of Tob". Di luar dari tepi hutan, terdapat desa Carne. Dengan populasi 120 orang, yang terbagi dalam 25 keluarga.  Untuk ukuran desa perbatasan dari Re-Estize Kingdom, jumlah ini tidak aneh.

Kegiatan utama sehari-hari dari penduduk desa tidak terlepas dari hutan dan ladang mereka, karena hampir tak ada pengunjung kecuali beberapa ahli obat (pharmacist) yang sedang mencari tumbuh-tumbuhan dan petugas pengumpul pajak yang datang sekali setahun. Itu adalah sebuah desa yang tidak bergerak dalam waktu. Para penduduk sibuk sejak mereka bangun pagi. Sebagai desa tanpa cahaya keajaiban, "Continual Light (Cahaya berkelanjutan)", mereka bekerja dari terbit hingga terbenam matahari, begitulah kehidupan mereka.

Tugas pertama Enri Emmot setiap harinya adalah pergi ke sumur terdekat dan mengambil air. Mengambil air adalah pekerjaan seorang gadis dan ketika tangki air di dalam rumahnya sudah penuh, maka tugas pertamanya untuk hari itu telah selesai. Bersamaan dengan itu, ibunya akan mempersiapkan sarapan, dan empat anggota keluarga akan menikmati sarapan bersama.




Sarapan terdiri dari gandum yang ditanak atau dibuat bubur, dan juga sayuran yang ditumis. Suatu ketika mereka juga makan buah. Setelah makan bersama orang tuanya, adiknya yang berusia 10 tahun akan pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar segar, atau membantu dengan pekerjaan ladang. Di pusat desa, ketika lonceng berbunyi di sore hari, semuanya akan istirahat di alun-alun desa untuk makan bersama. Makan siang terdiri dari roti hitam yang sudah beberapa hari, bersama dengan sup daging yang dipotong-potong. Setelah itu mereka akan melanjutkan pekerjaan di ladang dan ketika matahari sudah terbenam semuanya akan kembali ke rumah masing-masing untuk makan malam.

Sama seperti makan siang, makan malam juga terdiri dari roti hitam, ditemani sup kacang. Jika pemburu desa berhasil menangkap beberapa hewan buruan, mereka akan mendapatkan daging juga. Setelah makan malam, semuanya akan menggunakan cahaya dari dapur dan mengobrol dengan gembira, sambil menyulam baju-baju yang sudah robek. Mereka akan pergi tidur sekitar jam 8 malam. Enri Emmot dilahirkan 16 tahun yang lalu, dan hingga hari ini dia tidak pernah meninggalkan desa. Dia juga penasaran, apakah hari-harinya akan tetap sama? seperti hari yang lain, Enri bangun tidur dan pergi ke sumur untuk menimba air. Biasanya hanya butuh 3 kali perjalanan bolak-balik ke sumur dan rumahnya untuk memenuhi tangki air besar.

"Yosh". Enri menyingsingkan lengan bajunya dan membuka kulit putih yang menarik perhatian dan memang tidak terlalu banyak terkena sinar matahari. Bekerja di ladang telah membuat lengannya ramping, namun berotot. Meskipun timba air terasa berat, Enri dengan mudah mengangkatnya. Jika timba tersebut penuh hingga pinggirannya, dia hanya perlu sedikit perjalanan bolak-balik, yang mana akan membuat pekerjaannya lebih cepat, ya khan?

Seharusnya timba tersebut tidak terlalu berat untuk diangkat. Sambil berpikir demikian, Enri mulai kembali ke rumah. Di perjalanannya dia mendengar suara dan setelah menoleh ke arah datangnya suara tersebut hatinya mulai tegang dengan perasaan takut. Suara yang dia dengar adalah suara kayu yang dihancurkan. Diikuti dengan -

"Sebuah teriakan...?" Kedengarannya seperti tangisan burung yang tercekik, tapi itu pasti bukan suara burung. Enri pun merasa gemetar. Dia tidak ingin mempercayainya. Itu pasti hanya halusinasi dan itu pasti bukan teriakan manusia. Banyak pikiran menakutkan yang berkeliaran di otaknya.

Dia harus buru-buru, karena teriakan yang muncul berasal dari arah rumahnya. Dia membuang timba air itu, karena tidak mungkin dia berlari sambil membawa benda berat tersebut. Meskipun dia hampir terjatuh karena pakaiannya, dia segera berdiri lagi.

Suara itu muncul lagi. Jantung Enri semakin berdebar. Itu pasti suara teriakan manusia, tidak salah lagi. Dia terus berlari, dan lari dan lari lagi. Tak pernah sekalipun dia pernah berlari secepat ini, dia berlari hingga terjatuh karena tersangkut kakinya sendiri. Suara kuda, orang yang menjerit dan berteriak.

Semuanya semakin jelas. Di depan mata Enri, dari kejauhan, dia bisa melihat orang asing dengan baju pelindung lengkap dan menghunuskan pedang pada para penduduk desa. Di atas tanah bergeletakan para penduduk desa yang terluka akibat tusukan yang fatal.

"Tn. Morjina..." Di desa sekecil ini tak ada yang memperlakukan seseorang seperti orang asing, semuanya adalah bagian dari keluarga. Jadi Enri mengenal penduduk yang tertebas pedang dan tergeletak di depannya. Meskipun dia biasanya agak berisik, dia adalah orang yang baik dan tidak layak untuk mati seperti ini. Terpikir baginya untuk berhenti, namun buru-buru dia mengigit bibir bawahnya dan melanjutkan tujuannya. Jarak yang dekat untuk mengangkut air sekarang serasa seperti selamanya. Angin membawa suara teriakan dan jeritan pada telinganya. Akhirnya, pemandangan rumahnya telah nampak di depan mata.

"Ayah! Ibu! Nemu!" Sambil berteriak memanggil keluarganya, Enri membuka pintu dan melihat keluarganya yang terdiam dengan wajah penuh ketakutan... Namun, ketika Enri masuk melalui pintu rumah tersebut, ekspresi mereka dalam sekejap berubah. "Enri! Kamu baik-baik saja?!" kata ayahnya, dengan tangan yang kuat karena bekerja di ladang, memeluk Enri. "Ahh, Enri..." Ibunya pun memeluknya juga.

"Bagus, Enri juga sudah kembali, sekarang kita harus kabur secepatnya!" Saat ini, situasi keluarga Emmot sangat kritis. Mereka khawatir ketika Enri tidak pulang, membuat mereka tidak bisa kabur. Saat mereka ingin kabur, sebuah siluet seseorang masuk melalui pintu. Dengan berdiri menghalangi cahaya matahari seseorang berpakaian pelindung lengkap dengan lambang Baharuth Empire.

Di tangannya dia menggenggam sebuah pedang. Baharuth Empire sering melakukan peperangan dengan tetangganya, Re-Estize Kingdom. Tapi invasi yang terjadi hanya di dekat Benteng kota E-Rantel, mereka tidak pernah sampai ke desa sebelumnya. Kehidupan tenang dari desa ini tiba-tiba terhenti.

Dari dalam helmet, terdapat tatapan mata yang dingin menghitung jumlah keluarga Enri, Enri merasa ketakutan melihat matanya. Ksatria (knight) tersebut menggenggam pedangnya, suara berderit terdengar dari cara dia memegang pedang. Saat dia akan masuk rumah--

"Huargh!"

"Ergh!" Ayahnya merangsek ke arah knight tersebut, mendorong keduanya keluar pintu. "Lari!"

"Kau!" Ada darah mengalir dari wajah ayahnya, sebuah luka yang disebabkan oleh benturan tadi. Keduanya sedang berkelahi di tanah. Knight tersebut sedang menggenggam pisau ayahnya, di waktu yang sama ayahnya sedang menahan pedang knight tersebut. Melihat ayahnya yang berdarah, Pikiran Enri seketika buyar. Dia tidak tahu apakah harus menolong ayahnya atau cepat-cepat kabur dari situ.

"Enri! Nemu!" Teriakan ibunya membangunkan Enri ke alam nyata, Enri melihat ibunya menggelengkan kepala dengan ekspresi yang dipaksakan. Enri memegang tangan adiknya dan dengan cepat berlari ke dalam hutan, meninggalkan suara dari kuda, teriakan, logam yang beradu dan bau benda yang terbakar.

Dari segala sudut desa, situasi ini masuk ke dalam telinga, mata dan hidung Enri. Sebenarnya mereka ini dari mana? Enri berusaha keras mencari tahu sambil berlari. Berlari hingga batas akhir tubuhnya, atau sembunyi di sudut rumah. Ketakutan menghantui badannya dan detak jantungnya yang keras bukan hanya disebabkan karena dia berlari. Sementara itu, karena merasakan tangan kecil yang berada di genggamannya seketika memberinya motivasi untuk berlari lagi. Yaitu nyawa adiknya.

Ibu Enri, yang berlari di depan mereka, tiba-tiba berhenti di sudut dan berputar. Dia berlari kembali ke sang ayah, setelah menyuruh Enri untuk terus berlari ke arah berlawanan. Sambil berlari dia berpikir mengapa ibunya menyuruhnya melakukan hal itu, Enri dengan cepat menggigit bibirnya dan diikuti oleh tangisannya hampir pecah. Dia menggenggam tangan adiknya dan berlari, tidak ingin tetap disini sedetikpun dari yang dibutuhkan, karena dia ketakutan atas apa yang akan dia saksikan dari pemandangan itu.

---

"Momonga-sama, ada masalah?" Albedo kembali mengulangi pertanyaannya. Momonga tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Karena banyak hal yang tak dapat dipahami terjadi sekaligus, pikirannya kosong. "Maafkan aku." Momonga hanya bisa berdiri dan memandang Albedo dengan wajah bodoh. "Apakah ada yang salah?" Wajah cantik Albedo mengamati Momonga dengan pelan.

Sebuah bau harum menyeruak ke dalam hidungnya. Wangi tersebut membuat Momonga berpikir kembali, dan menyadarinya. "Tidak.. Tidak ada apa-apa.." Momonga bukanlah semacam orang yang menggunakan honorific ketika berbicara dengan boneka. Tapi... setelah mendengar pertanyaan Albedo, dia tidak sengaja menggunakan honorific. (TN honorific : Kata sapaan untuk menghormati seseorang dalam bahasa Jepang. seperti -san, -sama dll).

Karena tingkah dan ucapan Albedo itu, Momonga tidak mungkin mengabaikan begitu saja tingkahnya yang seperti manusia. Meskipun Momonga bisa dengan jelas melihat bagaimana tingkah Albedo yang tidak normal, dia masih tidak bisa memahami apa yang terjadi. Di situasi seperti ini, yang hanya bisa dia lakukan adalah mencoba untuk menekan perasaannya yang meluap dengan rasa khawatir dan terkejut, tapi karena Momonga hanyalah orang biasa, dia tidak berhasil melakukannya. Tepat ketika momonga ingin berteriak, sebuah kenangan tentang anggota guild datang ke pikirannya.

"Kekacauan adalah sebuah kegagalan dari sebuah negara, kamu harus selalu mempertahankan kepala dingin dan cara berpikir yang logis. Tetaplah tenang, Pikirkan rencana ke depan, dan jangan buang waktu untuk berpikir mengenai hal yang tidak perlu, Momonga-san." Memikirkan hal ini, Momonga tenang dengan sendirinya. Kepada gadis yang berpakaian Moe atau disebut sebagai Zhuge-Liang dari Ainz Ooal Gown, Momonga mengucapkan terima kasihnya.

"..Apakah ada yang terjadi pada anda?" Wajah cantik Albedo bertanya semakin dekat, membuat Momonga hampir merasakan wangi yang keluar dari tubuh Albedo. Meskipun akhirnya dia berhasil tenang, dia hampir panik kembali dalam sekejap. "..Fungsi untuk memanggil GM tidak bisa digunakan." Kepada Albdo yang bermata mungil. Momonga akhirnya menjawab NPC itu. Tak pernah terlintas dalam hidupnya Momonga memiliki ekspresi seperti ini dengan anggota lawan jenis, terutama dengan suasana seperti ini.

Meskipun dia tahu dia hanyalah NPC, dengan mempertimbangkan ekspresi dan tingkahnya yang seperti manusia, Jantung Momonga berdegup kencang. Tapi detak jantungnya yang berdegup keras itu ditekan lagi dalam-dalam agar bisa tenang. Meskipun detak jantungnya terganggu, dia ingat kata-kata bijak yang disematkan oleh salah satu anggota guildnya. Tapi apa benar seperti itu? Momonga menggelengkan kepala, sekarang bukan waktunya memikirkan hal semacam ini.

".. Maafkan hamba tidak bisa memberi jawaban atas pertanyaan Momonga-sama tentang GM. Hamba mohon maaf tidak bisa memenuhi harapan anda, jika ada situasi dimana hamba mampu menebus kesalahan ini, hamba dengan senang hati akan melakukannya. Silahkan beri perintah.".. Mereka berdua saling berbicara, tidak salah lagi. Mengetahui hal ini, Momonga terlalu kaget untuk bicara. Tidak mungkin. Ini benar-benar tidak mungkin. NPC ini mampu untuk bicara. Tidak, mungkin saja dia menggunakan ucapan otomatis yang membuat NPC bisa berbicara, karena ada banyak teriakan dan sorakan bagi pemain game untuk bisa di unduh. Namun... berbicara dengan benar menghadapi NPC adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Bahkan sampai barusan, Sebas hanya mampu memahami perintah sederhana. Lalu, apa yang terjadi sehingga hal ini jadi mungkin? Apakah hanya Albedo yang berubah? Dengan lambaian tangannya, Momonga memberikan perintah pada Albedo untuk tetap di bawah, yang mana dia kerjakan dengan wajah penuh kesal. Momonga lalu mengarahkan matanya kepada kepala pelayan dan enam maid. "Sebas! Maids!"

"Ya!" terucap bersamaan, mereka berdiri dan berjalan mendekati singgasana. Lalu mereka berlutut. Saat itu, ada dua hal yang menjadi jelas. Pertama, bahkan tanpa mengatakan perintah yang spesifik, NPC mampu memahami perintah sederhana. Kedua, Albedo bukan hanya satu-satunya yang mampu berbicara.

Setidaknya semua NPC di ruangan tahta ini tidak normal. Ketika Momonga memikirkan hal ini, dia tidak bisa menghilangkan pikiran bahwa ada hal aneh yang terjadi pada Albedo, yang masih berdiri di sampingnya. Ingin menjernihkan masalah ini, Momonga melihat ke arah Albedo dengan tatapan tajam. "Apakah ada yang terjadi? Apakah saya melakukan kesalahan..?"

"...!" Akhirnya momonga menyadari apa yang salah, dia tidak mampu mengeluarkan suara dan hanya bisa takjub... Suatu perasaan aneh yang datang dari ekspresi yang berubah. Bibirnya bergerak, bahkan mengeluarkan suara.

"..Jangan-jangan...!" Momonga meletakkan tangannya di mulut dengan cepat dan mencoba untuk mengeluarkan suara. Mulutnya bergerak. Adalah Hal yang wajar bagi DMMORPG bahwa tidak mungkin mulut bisa bergerak dan berbicara di saat yang bersamaan. Tampilan dari ekspresi wajah pada dasarnya sama, dan jika ini benar, maka seharusnya tidak ada ekspresi wajah dari desain ini. Dan juga, wajah Momonga hanya berupa tengkorak, yang tidak punya lidah ataupun tenggorokan. Melihat tangannya, dia hanya melihat tangan bertulang tanpa kulit atau apapun. Dia bahkan tidak punya organ dalam atau paru-paru, jadi bagaimana bisa dia bicara?.

"Tidak mungkin..." Momonga tiba-tiba merasa hal yang wajar yang terkumpul sampai saat ini menjadi tercerai berai, di saat yang sama dia merasa tidak nyaman. Dengan menekan keinginan untuk berteriak, jantungnya tiba-tiba kembali tenang. Momonga memukul salah satu pegangan tangan dari singgasananya, tapi seperti yang dia duga, tak ada indikasi kerusakan. "Apa yang harus kulakukan...? Apakah ada ide yang bagus...?" Dengan pemahaman nol terhadap situasi ini, dia juga mulai marah karena tak ada siapapun yang bisa membantunya.

Lalu, hal yang paling penting yang harus dia lakukan sekarang adalah, mencari petunjuk. "..Sebas." Mengangkat kepalanya, Sebas mempunyai ekspresi yang tulus, terasa seperti orang hidup. Memberi perintah padanya seharusnya tak masalah khan? Meskipun aku tidak tahu apa yang akan terjadi, apakah semua NPC di makam ini loyal kepadaku? Mereka ini jelas sekali bukan NPC yang dibuat secara bersama-sama. Merasa tidak enak dengan pikirannya yang berenang dengan pertanyaan-pertanyaan, Momonga menekan emosi ini. Bagaimanapun, kandidat yang paling cocok untuk melakukan pencarian adalah Sebas.

Meskipun Albedo ada di sampingnya, Momonga bertekad dan memilih Sebas. Sambil berpikir dan terlihat seperti bos berpangkat tinggi memerintahkan pegawainya, Momonga menunjukkan sikap seorang pimpinan dan memerintah: "Tinggalkan tempat ini dan periksalah area sekitar. Jika ada manusia atau makhluk apapun yang bersahabat, undang kemari. Negosiasi seharusnya tercapai hingga ada kepuasan satu sama lain. Radius pencarian adalah satu kilometer dan cobalah untuk menghindari pertarungan."

"Ya, Momonga-sama. Saya akan melakukan sesuai perintah."

Di Yggdrasil, tidak mungkin NPC yang dibuat untuk melindungi area tertentu lalu meninggalkannya. Namun, sekarang ini sudah berubah. Tidak, masalah ini hanya bisa ditentukan ketika Sebas benar-benar meninggalkan Great Tomb of Nazarick. ".. Bawa anggota Pleiades denganmu. Jika ada situasi dimana kamu harus mundur, bawalah informasi yang kamu kumpulkan kembali kemari."

Dengan itu, langkah pertama telah diambil. Momonga melepaskan tongkat Ainz Ooal Gown. Tongkat tersebut tidak jatuh ke tanah tapi mulai melayang, seperti ada yang memegang di udara. Meskipun tidak sesuai dengan hukum fisika, ini biasanya hanya terjadi didalam game.

Situasi dimana item melayang di udara ketika kamu lepaskan adalah tidak aneh di Yggdrasil. Spirit yang muncul dari tongkat menunjukkan ekspresi kesakitan dan menjerat tangannya, tapi Momonga tidak memikirkannya. Kejadian semacam ini sangat tidak aneh.. Namun, efek seperti ini juga tidak mengejutkan, jadi Momonga memutar jarinya dan membuyarkan spirit-spirit itu. Momonga menggulung tangannya dan merenung. Langkah selanjutnya adalah...

"..Menghubungi perusahaan game." Mempertimbangkan situasi Momonga yang tidak normal, yang paling tahu tentang itu seharusnya adalah perusahaan game. Masalahnya adalah bagaiman menghubungi mereka? Biasanya yang dilakukan hanyalah dengan menggunakan perintah "Shout" atau "Call GM" untuk melakukan kontak langsung, tapi metode itu kelihatannya juga gagal saat ini...

"Message?" Itu adalah salah satu permainan pesan magic dalam game. Biasanya, itu hanya bisa digunakan di tempat atau situasi tertentu, tapi sekarang ini mungkin bisa dimanfaatkan. Meskipun magic ini bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan pemain lain, belum diketahui apakah bisa juga digunakan untuk memanggil GM. Dan di situasi yang tidak normal ini, tidak ada jaminan bahwa magic masih bisa digunakan. Jika dia tidak bisa menggunakan magic, jangankan bertarung, bahkan pergerakan dan kemampuannya untuk mengumpulkan informasi akan sangat berkurang sekali. Di situasi seperti ini, dimana semuanya serba asing, penting sekali untuk memastikan apakah magic bisa digunakan. Dan harus diketahui hasilnya secepat mungkin. Jadi apakah ada tempat dimana dia bisa menggunakan magic, Momonga melihat sekeliling ruangan tahta dan menggelengkan kepala. Meskipun ini adalah situasi darurat, dia tidak ingin menggunakan ruangan tahta untuk bereksperimen dengan magic miliknya. Sambil memikirkan lokasi yang tepat, sebuah tempat terbersit di otaknya.

Disamping kemampuannya sendiri, ada hal lain yang ingin dia konfirmasi. Dan itu adalah otoritasnya. Dia harus mencari tahu otoritasnya sebagai pimpinan dari Ainz Ooal Gown, apakah masih ada. Meskipun para NPC di depannya kelihatannya loyal, ada banyak NPC di Great Tomb of Nazarick yang kemampuannya setara dengan Momonga. Dia harus mencari tahu apakah mereka masih loyal terhadapnya. Namun--

Momonga melihat ke arah para maid dan Sebas yang sedang berlutut, lalu ke arah Albedo yang ada di sampingnya. Albedo sedikit tersenyum. Meskipun bisa dikatakan itu adalah senyuman yang indah, tetapi kelihatannya juga seperti senyum pahit karena menyembunyikan sesuatu, yang mana membuat Momonga merasakan hal buruk. Apakah loyalitas dari NPC masih tidak berubah? Jika ini adalah kenyataan, setelah.. Setelah bertemu dengan pimpinan dalam perusahaan, para pegawai akan kehilangan kepercayaan padanya, jadi reaksi para NPC seharusnya sama khan? atau akankah mereka tidak akan pernah mengkhianati seseorang selama mereka terprogram untuk setia kepadanya?

Jika kesetiaan mereka bisa digoyahkan, maka apa yang harus dilakukan agar bisa menjaganya? Memberi hadiah? Ada banyak benda berharga di ruang penyimpanan guild. Meskipun jika dia menggunakan harta-harta itu bisa membuat teman-temannya sedih, karena ini adalah situasi darurat menyangkut keberlangsungan dari Ainz Ooal Gown, mereka pasti akan mengerti. Hanya saja dia tidak yakin seberapa banyak insentif yang harus diberikan.

Lagipula, apakah posisi yang lebih tinggi seharusnya dianggap sebagai atasan? Tapi saat ini kekuatan apa yang diperhitungkan sebagai yang atasan, ini masih belum jelas baginya. Rasanya seperti jika dia ingin melanjutkan labirin pertanyaan ini, dia akan mengerti pelan-pelan. atau...

"Kekuatan?" Momonga membuka tangan kirinya, dan tongkat Ainz Ooal Gown secara otomatis terbang ke tangannya. "Kekuatan untuk berdiri di atas segalanya?" Tujuh permata yang tertancap di tongkat bersinar dengan terang, seperti meminta kepada tuannya untuk menggunakan kekuatannya yang hebat.

"..Lupakan saja, kita pikirkan hal ini nanti."

Momonga melepaskan tongkatnya lalu tongkat tersebut jatuh ke lantai seperti marah karena ngambek. Sebagai kesimpulan, selama kamu bertingkah seperti seorang pemimpin sepertinya yang lain takkan memusuhimu. Tidak perduli manusia atau binatang, selama kamu tidak menunjukkan kelemahanmu, musuh takkan berani menunjukkan taringnya dan menyerangmu. Dengan sikap memaksakan, Momonga berteriak dengan keras:

"Pleiades. Dengarkan. Selain maid yang mengikuti Sebas, yang lainnya pergi ke lantai 9 dan melindunginya dari segala macam serangan musuh yang muncul dari lantai 8."

"Baik. Momonga-sama." Para Maid disamping Sebas merespon dengan hormat, mereka menunjukkan memahami tugas mereka. "Lakukan segera."

"Mengerti, tuanku!" Setelah memberikan respon Sebas dan para maid membungkuk kepada Momonga, berdiri dan di saat yang sama pergi. Sekali lagi pintu-pintu besar itu tertutup. Sebas dan para maid hilang di sisi lain. Fakta bahwa mereka tidak menolak perintah adalah sinyal yang baik. Momonga merasa seakan beban berat jatuh dari pundaknya dan melihat ke arah satu orang yang tertinggal bersamanya. Orang itu adalah Albedo, yang tersenyum sambil berkata:

"Apa yang anda ingin saya lakukan selanjutnya, Momonga-sama?"

"Ah, ehmm.. aku tahu." Momonga bangkit dari duduknya, dengan masih memegang tongkatnya dia berkata : "Kemarilah."

"Sesuai perintah anda." Menjawab dengan senyuman, Albedo maju ke arah Momonga. Meskipun Momonga masih berhati-hati terhadap tongkat dengan bola hitam melayang yang dibawa oleh Albedo, dia lupa sesaat kalau itu masih ada disana. Sebelum dia menyadari ini, Albedo sudah sangat dekat untuk memeluknya.

Bau yang harum sekali.. Apa yang kupikirkan? Pikiran itu tiba-tiba saja dibuang ketika terlintas di benak Momonga, ini bukannya berfantasi. Momonga meraih tangan Albedo. "..."

"Ah?" Ekspresi Albedo seperti kesakitan. Momonga kaget dan cepat-cepat menarik tangannya. Ada apa? Jangan-jangan aku membuatnya tidak nyaman? Beberapa ingatan tidak menyenangkan berputar-putar di kepalanya, seperti langit yang jatuh, tapi Momonga dengan cepat menemukan jawabannya.

"..Ah.." Satu kelas yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Maharaja Undead (Undead Overlord) adalah seorang Mage tengkorak, yang mempunyai skill melukai atau memberi efek negatif ketika penggunanya menyentuh orang lain. Apa mungkin ini alasan dia? Meskipun begitu, masih ada sedikit keraguan di hatinya. Di Yggdrasil, para monster dan NPC yang dipanggil di dalam Great Tomb of Nazarick terdaftarkan semuanya di bawah guild Ainz Ooal Gown.

Selama mereka berada dalam guild yang sama, bahkan jika mereka saling menyerang, takkan ada yang terjadi. Jangan-jangan Albedo sudah tidak berada dalam satu guild? atau jangan-jangan sekarang melukai anggota guild yang sama bisa terjadi? Kemungkinan akan hal itu masih sangat tinggi. Menyadari ini Momonga meminta maaf pada Albedo: "Maafkan aku. aku lupa untuk mengangkat efek negatif dari skill ini." "Tolong jangan perdulikan saya, Momonga-sama. Rasa sakit segini tidak terasa sama sekali. Dan Juga, jika itu adalah Momonga-sama, tak perduli rasa sakit apapun.. Ahn!"

"Oh.. Eh.. begitukah... Tidak, aku masih ingin minta maaf."

Momonga tidak tahu bagaimana bereaksi melihat Albedo yang dengan malu-malu menutup wajah dengan tangannya setelah bersuara manis, dan mulai tergagap. Itu benar-benar karena efek negatif dari sentuhan. Momonga dengan cepat-cepat memalingkan muka, dan mencoba untuk mencari tahu bagaimana cara menghentikan efek skill ini lalu tiba-tiba dia mengerti bagaimana caranya.

Menggunakan skill dari Undead Overloard, bagi Momonga, itu adalah hal yang mudah dan sederhana seperti bernafas. Menghadapi situasi yang tidak normal, Momonga tidak bisa menahan tawa. Setelah melalui banyak situasi aneh, kebingungan karena hal seperti itu adalah lucu. Kebiasaan bisa sangat menakutkan.

"Aku akan menyentuhmu."

"Ah." Setelah menonaktifkan skill, dia menyodorkan tangan untuk menyentuh tangan Albedo. Meskipun beberapa kalimat melayang-layang di pikirannya, 'Ah kecil sekali', 'Ah putih sekali' dan beberapa ide-ide lain yang muncul di kepalanya, seluruh hasrat seorang pria benar-benar diabaikan karena dia hanya ingin merasakan denyut nadi Albedo.

..Berdetak. Jantungnya berdetak. Jika ini adalah makhluk hidup, ini merupakan anugerah. Tentu saja, jika ini benar-benar makhluk hidup. Setelah melepaskannya, Momonga melihat pergelangan tangannya sendiri dan terlihat hanya tulang putih tak berkulit. Karena tak ada pembuluh darah, sudah tentu tak ada detak jantung. Tentu saja, menjadi seorang Undead Overlord artinya dia seorang Immortal (Makhluk abadi), yang tak bisa dijangkau oleh kematian, dan tentu saja tak punya detak jantung.

Menjauh dari Albedo, Momonga kembali melihat ke arahnya. Momonga melihat Albedo dengan mata lembab yang muncul dari bayangannya. Dengan wajah bersemu, mungkin karena suhu tubuhnya yang naik tiba-tiba. Melihat tampilan Albedo, membuat Momonga terdiam.

".. Bagaimana ini bisa terjadi?" Bukankah dia hanya seorang NPC? Hanya berupa informasi elektromagnetik? Bagaimana dia bisa hidup seperti manusia, AI macam apa yang bisa melakukannya? Yang lebih penting lagi, dunia Yggdrasil tiba-tiba muncul dan menjadi dunia nyata...

Tidak mungkin. Momonga menggeleng-gelengkan kepalanya karena menolak kenyataan. Situasi yang fantastik takkan pernah terjadi. Tapi ketika sebuah ide sudah tertanam, takkan bisa lagi dihapus dengan mudah. Merasa tidak nyaman dengan perubahan Albedo, Momonga tak tahu lagi harus bagaiman selanjutnya. Selanjutnya.. adalah langkah terakhir. Selama dia bisa memastikan hal ini, semua prediksi miliknya akan menjadi fakta. Untuk memastikan kecurigaannya terhadap makhluk ini apakah nyata atau tidak? Bagaimanapun, ini adalah tindakan seharusnya. Meskipun dia harus menggunakan senjata di genggaman tangannya...

"Albedo.. bisa, bisakah aku memegang dadamu?"

"Huh?" Suasananya langsung membeku. Albedo membelalakkan matanya karena kaget. Bahkan Momonga pun merasa malu. Meskipun tidak ada jalan lagi untuk melewati hal ini, dia juga tidak mengerti mengapa dia mengatakan hal itu. Yang benar saja, meminta seseorang akan hal itu dengan suara tinggi benar-benar terlalu vulgar.

Tidak, menggunakan otoritasnya sebagai pimpinan untuk melakukan pelecehan seksual adalah orang yang rendah serendah-rendahnya. Tapi karena sudah kehabisan ide, dia harus melakukan ini. Momonga meyakinkan dirinya sendiri, dia berusahan menenangkan diri dan dengan wibawa seorang Pemimpin dia berkata: "Seharusnya itu tidak masalah ya khan?"

Tidak merasa malu sedikitpun. Mendengar permintaan Momonga yang tergagap, Albedo terlihat seperti ingin meledak kegirangan. "Tentu saja, Momonga-sama Silahkan membelainya dengan senang hati."

Albedo mendorong dadanya kedepan, puncak kembar miliknya yang menonjol dengan indah, di depan Momonga. Jika dia mampu menelan ludah, dia pasti sudah melakukannya berkali-kali. Dengan meraihkan tangannya, dia memegang dada Albedo yang ditutupi oleh jubah seremonial. Ada ketegangan dan kegembiraan dengan jumlah tidak normal dan di sudut pikirannya dia dengan tenang mengamati pemikirannya.

Berpikir bahwa dia benar-benar bodoh, mengapa dia memikirkan metode semacam itu dan melakukannya. Dia mencuri pandang pada Albedo dan menyadari matanya yang bersinar, dadanya juga memiliki tampilan "Mengundang!". Tidak yakin apakah karena gembira atau malu, tangan Momonga gemetar karena tekanan, tapi dia menguatkan diri dan mengarahkan tangannya. Pertama Momonga merasa sedikit kaku di permukaan baju, lalu merasakan sensasi sangat lunak di baliknya.

"Unn.. Anh.." Saat Albedo mengeluarkan erangan kecil, Momonga menghentikan percobaannya. Setelah mempelajari apa yang barusan dia rasakan, Momonga datang dengan dua penjelasan yang mungkin terhadap situasi ini. Pertama, ini bisa saja DMMORPG yang baru. Artinya dengan berakhirnya Yggdrasil, sebuah Yggdrasil II yang baru telah diluncurkan.

Tapi setelah percobaan ini, kemungkinan akan peluncuran game baru menjadi tidak mungkin... karena sebuah game akan melarang tindakan yang dikategorikan untuk 18 tahun keatas, bahkan dikategorikan usia 15 tahun keatas. ketika terjadi pelanggaran, sebuah hukuman berat akan diberlakukan: nama dari pelaku akan diumumkan di website resmi dan akun pelaku akan dihapus.

Alasan dibalik tindakan itu adalah jika tindakan 18 tahun keatas semacam ini diketahui publik, berarti melanggar Tindakan Pemeliharaan Ketertiban Sosial. Pada umumnya, fakta bahwa tingkah laku semacam ini adalah ilegal bukanlah hal yang mengagetkan. Jika ini adalah dunia game, perusahaan akan mengaplikasikan semacam metode untuk mencegah pemain melakukan tindakan semacam ini. Jika seorang GM atau perusahaan game sedang memonitornya, mereka akan dengan segera mencegah tingkah laku mesum dari Momonga. Tapi kelihatannya tidak ada tanda semacam itu disini.

Dan menurut dasar dari DMMORPG dan hukum komputer, karena tidak memiliki izin, memaksa pemain untuk tinggal di dunia game dikategorikan sebagai penculikan dibawah hukum penculikan. JIka pemain dipaksa join demo dari sebuah game, tindakan semacam ini akan segera diketahui oleh penyidik, terutama jika tidak mungkin meninggalkan sebuah game. Tidak mengherankan jika perusahaan game tersebut akan dituntut dengan penjara.

Jika situasi semacam itu terjadi dan perintah keluar dari game tidak berhasil, para pemain akan bisa menyimpan rekaman permainan bernilai seminggu penuh dengan program yang dibawanya, hal itu merupakan keharusan dari hukum yang berlaku. Dengan itu kamu bisa dengan mudah melaporkan pelanggaran perusahaan. Jika Momonga hilang dalam seminggu, seseorang dari perusahaannya akan tahu bahwa ada sesuatu yang mencurigakan dan mengirimkan seseorang ke rumah untuk mencari dia. Selama polisi menyelidiki tampilan khusus, mereka seharusnya mampu untuk menyelesaikan masalah ini.

Perusahaan mana yang mau beresiko ditangkap dengan melakukan tindakan kriminal seperti itu? Tentu saja, sangat mungkin untuk beralasan bahwa ini adalah pengalaman yang pertama dari game tersebut, atau bilang bahwa mereka sedang mengupdate gamenya. Tapi bagi perusahaan game, mengambil resiko seperti ini tidak akan menguntungkan bagi mereka. Dengan berpikir seperti itu, maka kemungkinan yang tersisa adalah bahwa ini adalah tindakan kejahatan, yang tak ada hubungannya dengan perusahaan game. Jika memang begitu, pemikiran semacam ini harus berubah, jika tidak maka tidak mungkin lagi menemukan jawabannya.

Masalahnya adalah kebingungan bagaimana menghadapi masalah ini. Ada juga kemungkinan yang lain... Bahwa dunia virtual ini menjadi nyata. Tidak mungkin. Momonga buru-buru menolak pemikiran ini. Bagaimana mungkin hal seperti itu bisa terjadi... Tapi di sisi lain, semakin banyak waktu yang terlewati semakin jelas terlihat bahwa itu adalah penjelasan yang paling bisa menjelaskan apa yang terjadi. Lagipula, Momonga sedang memikirkan bau harum dari Albedo.

Menurut Hukum Digital, 2 dari 5 indra, pengecap dan perasa, seharusnya tidak ada. Meskipun ada sistem makanan dan minuman di dalam game, pada umumnya hanya sebagai sistem konsumsi. Batasan dari indra perasa dimaksudkan untuk menghindari pemain yang menganggap ini adalah kenyataan.

Karena batasan ini, penggunaan realitas virtual dalam industri sex menjadi tidak populer. Tapi sekarang ini semua batasan itu sudah hilang. Ini membuat benturan dramatis pada Momonga, memunculkan pertanyaan seperti "Bagaiman dengan pekerjaanku esok?" atau "Apa yang akan terjadi mulai sekarang?" Semua pertanyaan ini adalah urusan kecil, dia buru-buru melempar hal ke bagian otaknya yang paling belakang.

".. Jika dunia virtual menjadi dunia nyata... Menurut besarnya data, ini sangat tidak mungkin terjadi..." Momonga menelan ludah yang seharusnya tidak mengeluarkan suara. Meskipun pikirannya tidak bisa menerima situasi ini, di dalam hatinya dia sudah mengerti. Akhirnya dia melepaskan tangannya dari dada Albedo.

Setelah membelainya dalam sekian waktu, Momonga akhirnya mampu memahami situasi. Alasan dia menyentuh Albedo dalam waktu lama bukan karena dia berpikir bahwa 'milik' Albedo sangat lunak dan tidak ingin melepaskannya. Jelas tidak. "Maafkan aku Albedo."

"Woo ah.." Albedo menghela nafas dengan wajah memerah, seperti mengeluarkan uap panas dari tubuhnya. Dengan malu-malu dia bertanya pada Momonga: "Apakah malam pertama hamba dilakukan disini?" Setelah Albedo terbawa suasana dan bertanya demikian, Momonga tanpa tertahan lagi dengan kagetnya bersuara keras: "...Ap-?"

Pikiran Momonga tiba-tiba hampa, tidak mampu menerjemahkan kalimat Albedo. Malam pertama? Apa? Tentang apa? Dan mengapa dia terlihat semalu itu? "Bolehkah hamba bertanya apa yang harus hamba lakukan dengan pakaian ini?"

"..Ha?"

"Apakah hamba harus melepaskannya sendiri? Ataukah Momonga-sama berkenan melakukannya? Dengan memakai pakaian, nanti.. bisa mengotorinya.. Tidak, jika Momonga-sama menginginkan hamba memakai pakaian ini, maka hamba tidak keberatan."

Otak Momonga akhirnya bisa mengerti perkataan Albedo. Tidak, sekarang ini hal itu masih dipertanyakan apakah Momonga masih punya otak di dalam tengkoraknya atau tidak. Merasa sadar akan apa maksud Albedo sebenarnya, hatinya bimbang: "Cukup Albedo."

"Huh? Ya, tuanku."

"Sekarang jangan.. Tidak, sekarang bukan saat yang tepat melakukan hal semacam itu."

"Maafkan hamba! Kita sedang menghadapi situasi darurat dan hamba hanya memikirkan hasrat hamba sendiri." Albedo mulai berlutut meminta maaf, tapi Momonga menghentikannya.

"Tidak, semua ini adalah salahku, aku memaafkanmu, Albedo. Selain dari ini.. Aku punya permintaan lain padamu"

"Apapun yang terjadi, hamba akan laksanakan."

"Beri tahu semua Penjaga masing-masing lantai (Guardian Floor), Aku ingin mereka menemuiku di arena lantai 6. Waktunya sekitar satu jam dari sekarang. Aku akan mengabari Aura dan Mare sendiri, jadi kamu tidak usah menghubungi mereka berdua."

"Siap Tuanku. hamba ulangi, selain dari dua Guardian lantai enam, beritahu Guardian lainnya untuk berkumpul di arena dalam satu jam."

"Benar, sekarang pergilah."

"Ya."

Albedo buru-buru meninggalkan ruang tahta. Melihat punggung Albedo yang menghilang, Momonga menghela nafas setelah Albedo meninggalkan ruang tahta. ".. Apa yang sudah kulakukan.. Meskipun hanya bercanda... Kalau aku tahu hal ini akan terjadi sebelumnya aku takkan pernah melakukan hal semacam itu. Aku.. sudah menodai NPC buatan Tabula Smaragdina." Hanya ada satu alasan dari reaksi Albedo. Sebelumnya Momonga menulis ulang pengaturan Albedo, dia merubahnya menjadi "Jatuh Cinta kepada Momonga". Inilah alasan mengapa ALbedo memiliki reaksi semacam itu.

"..Ah.. Sialan..!" Momonga menggerutu sendiri, warisan Tabula Smaragdina yang berupa Albedo diciptakan dengan susah payah dari nol, lalu diubah tanpa permisi dan akhirnya sifatnya seperti itu. Momonga merasa dia sudah menodai mahakarya seseorang dan menjadi murung. Tapi wajah Momonga hanyalah tengkorak, membuatnya sulit untuk melihat perubahan wajahnya pada saat dia meninggalkan singgasana. Dia bertekad untuk menyingkirkan masalah ini sementara. Dia mempunyai masalah lain yang harus dihadapi sekarang dan memerlukan prioritasnya.

Prev | Index | Next


Download Overlord - Vol 1 - Chapter 1 Part 3 , Baca Overlord - Vol 1 - Chapter 1 Part 3 , Download Overlord - Vol 1 - Chapter 1 Part 3, Baca & Download Overlord - Vol 1 - Chapter 1 Part 3 Lengkap , Download Manga Subtitle Indonesia , Baca manga subtitle indonesia , Download & Baca Overlord - Vol 1 - Chapter 1 Part 3 Lengkap , Download Manga Overlord - Vol 1 - Chapter 1 Part 3, Download Manga Overlord - Vol 1 - Chapter 1 Part 3, Download Manga Overlord - Vol 1 - Chapter 1 Part 3, Baca Manga Overlord - Vol 1 - Chapter 1 Part 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar